Tridarma perguruan tinggi: pendidikan/ pengajaran, pengabdian dan penelitian

Sunday, January 27, 2019

Type Gaya Mahasiswa / siswa Saat Ujian


Bagi Mahasiswa atau Siswa, ujian adalah suatu polemik yang menjadi tantangan tersendiri, karena ujian atau test kan menjadi penentu nilai tau prestasi siswa atau mahasiswa tersebut di kelompoknya. nah berikut ini adalah berbagai macam type mahasiswa/siswa saat mengerjakan Ujian / test. Inilah pengamatan saya pada saat mengawasi mahasiswa ujian akhir dengan kategori ujian tertulis dengan close book.

  1. Type Fokus: konsentrasi ke soal dan jawaban tidak peduli keadaan kiri-kiri kanan
  2. Type Pencari : Sibuk membolak balik soal sambil melirik ke  kiri kekanan, sesekali meraba-raba HP, dan   sekali kali melihat pengawas. 
  3. Type Melow : Menunduk memperhatikan soal sambil menulis-menulis sedikit sesekali melihat pengawas.
  4. Type Penggigit:  Menggigit pena sambil mata melihat agak keatas seakan menerawang terus baca soal dan menulis jawaban, dilakukan berulang-ulang.
  5. Type Pelamun : Berpangku dagu dengan mata menantap tajam kebawah lalu menulis jawaban, seakan-akan lagi melamun. 
  6. Type penggoyang : Menjawab soal, sesekali merubah posisi duduk, memperbaik yang di tubuhnya misalnya kancing, jilbab, atau mengambil sesuatu di tas. 
  7. Type penggetar : Menjawab soal dengan focus dengan kaki atau paha bergetar atau digoyang-goyangkan. 
  8. Type penidur : menjawab soal, menunduk, memejamkan mata cukup lama, kemudian kaget, baca soal lagi, kembali menunduk tertidur pulas..
Nah, anda masuk ke kelompok yang mana?? ayoo jujur... 

Begitu bervariasinya tingkah laku atau gerak gerik para mahasiswa yang sedang ujian namun dari sekian banyak mahasiswa yang mengikuti  ujian sangat sedikit sekali yang mengerjakan soal dengan kejujuran.
Mengapa demikian dari hasil pengamatan saya/ mini riset, dimana terdapat 30 mahasiswa yang mengikuti ujian. Ketentuan ujian adalah mengerjakan soal dengan mandiri, tidak kerjasama, tidak menyotek, tidak membuka buku/HP/bentuk catatan lainnya,  dan dikerjakan selama waktu ditentukan. 
Saya mengawasi sebatas hanya memberi instruksi mekanisme ujian, tanpa menegor mahasiswa yang melakukan kecurangan. 
Hasil pengamatannya yaitu: 
Yang jujur : 3 orang,  ketiganya mengikuti instruksi pengawas.
Yang tidak jujur : 27 orang 
Dimana dari 27 terbagi
21 orang : bertanya atau menyontek jawaban temannya
3 orang : membuka HP. 
3 orang : membuka buku / catatan.

Kejadian ini sudah sering sekali saya alami. Tetapi pada kesempatan ini senaja saya membuat mini riset untuk data pembuktian bagaimana keadaan real calon-calon penurus bangsa ini. 

Saya sangat miris kondisi seperti ini, ini adalah tantangan sendiri untuk para orang tua atau pendidik bangsa kita harus segara mungkin memperbaiki paradigma mental para anak muda yang nota bene adalah penerua bangsa.

Pendidikan karakter harus dipupuk sedini mungkin dari sejak balita sudah harus dipatrikan bagaimana karakter anak salah satunya adalah sikap jujur.

Bukankah banyak ungkapan apabila dari sekolah atau mahasiswanya suka menyontek nantinya jika jadi pemimpin bangsa bakal menjadi pemimpin yang korupsi atau menjadi koruptor.

Duh mirisnya  dengan kondisi begini. 
Disini juga pengalaman pribadi saya mengapa saya jika sebagai pengawas selalu tidak disenangi oleh mahasiswa? Alasannya mereka selalu menyampaikan "bapak  jika mengawas terlalu ketat, mahasiswa melanggar langsung disuruh keluar dan lainnya"

Saturday, January 12, 2019

10 faktor mempengaruhi Kesuksesan hidup


Kutipan ini saya ambil dari akun whatapps yang dishare melalui group. Ternyata sangat penting sekali untuk diketahui oleh khalayak ramai agar menjadi pegangan hidup anak muda. Semoga bermanfaat. 
Mematahkan Mitos NEM, IPK dan Rangking 
Narasumber : Prof Agus Budiyono

NEM, IPK dan rangking adalah hal yang tidak asing lagi, ketiga point tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang dengan mendapat yang terbaik. 

Info yang sangat mencengangkan 3 hal tersebut ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap KESUKSESAN sesorang. nah kok bisa..?? 

"Saya mengarungi pendidikan selama 22 tahun (1 tahun TK, 6 tahun SD, 6 tahun SMP-SMA, 4 tahun S1, 5 tahun S2 & S3) Kemudian saya mengajar selama 15 tahun di universitas di 3 negara maju (AS, Korsel, Australia) dan juga di tanah air". 

"Saya menjadi saksi betapa tidak relevannya ketiga konsep di atas terhadap kesuksesan.

Ternyata sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap *tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner di US. Hasil penelitiannya ternyata nilai yang baik (yakni NEM, IPK dan rangking) hanyalah faktor sukses urutan ke 30". 

"Sementara faktor IQ pada urutan ke-21, Dan bersekolah di universitas/sekolah favorit di urutan ke-23". 

"Jadi saya ingin mengatakan secara sederhana: Anak anda nilai raportnya rendah, tidak masalah". 
NEM anak anda tidak begitu besar? Paling banter akibatnya tidak bisa masuk sekolah favorit. 

"Yang menurut hasil riset, tidak terlalu pengaruh thdp kesuksesan, Lalu apa faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu ?"

Menurut riset Thomas J Stanley berikut ini adalah 10 faktor teratas yang akan mempengaruhi Kesuksesan: yaitu: 

1. Kejujuran (Being honest with all people)

2. Disiplin keras (Being well-disciplined) 

3. Mudah bergaul (Getting along with people) 

4. Dukungan pendamping (Having a supportive spouse) 

5. Kerja keras (Working harder than most people) 

6. Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business) 

7. Kepemimpinan (Having strong leadership qualities) 

8. Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/personality) 

9. Hidup teratur (Being very well-organized) 

10. Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my ideas/products) 

"Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan NEM dan IPK. Dalam kurikulum semua ini kita kategorikan "softskill." Biasanya peserta didik memperolehnya dari kegiatan ekstra-kurikuler. pasti Ending semuanya adalah di tangan Allah SWT...

Salam pendidikan"